Banjar Gunung Kangin melihat dari asal usul katanya
tersebut secara etimologi terdiri dari dua unsur kata yaitu Gunung dan Kangin,
dimana masing-masing kata tersebut mempunyai makna tersendiri. Gunung artinya
suatu tempat yang tinggi atau terdapat digunung yang mungkin saja dahulu kala
tempat Gunung Kangin sekarang masih hutan belentara. Demikian pula kata Kangin
berarti suatu kata tempat yang artinya Timur. Dimana kata timur itu adalah
menunjukkan kata tempat asal dari 19 kepala keluarga dahulu berasal dari
Tegalalang Kabupaten Gianyar bertransmigrasi menuju tempat atau gunung yang
berada di Gunung Kangin sekarang.
Sehingga dengan membaca sekilas alinia tersebut di
atas berarti Gunung Kangin mempunyai asal usul. Dan berdasarkan penuturan dari
seorang tokoh masyarakat di Banjar Gunung Kangin bahwa pada jaman kerajaan
terjadilah pengungsian 19 kepala keluarga dari Tegalalang karena akibat dari
perasaan kurang aman sehingga merantaulah dengan berjalan kaki menuju barat
laut. Perjalanannya tidak mengenal lelah demi dapat tercapainya tujuan yang
disenangi.
Pada suatu ketika tibalah di tempat yang letaknya di
gunung. Dengan pengamatan dari semua orang yang merantau saat itu akhirnya
memutuskan untuk memilih dan menetap ditempat itu. Lama kelamaan terjadilah
perubahan pola hidup dan pola pemikiran untuk mendirikan sebuah Banjar yang
dipimpin oleh Kelihan atau Kepala Adat.
Tidak lama kemudian gunung itu berubah menjadi suatu
tempat pemukiman yang asal-usul penduduknya semua berasal dari Timur (Kangin).
Akhirnya masyarakat disana sepakat untuk memberikan nama Banjar Gunung Kangin.
2.
Banjar Bangli.
Mendengar kata Bangli orientasi kita bukan hanya di Desa
Bangli, kecamatan Baturiti, Kabupaten Tabanan namun sekilas pemikiran kita
adalah pada kota Bangli yang terletak di Bali Timur.
|
Asal –usul berdirinya Banjar Bangli ini tidak jauh dari dugaan
kita bahwa memang benar-benar semua penduduknya berasal dari Kabupaten Bangli.
Konon pada jaman kerajaan seiring pula pada saat berkuasanya Kolonial Belanda
sempat terjadinya sisitem pemerintahan yang kejam sehingga sebagaian besar
penduduk yang berasal dari Bali Timur bergeser menuju arah Barat dengan
berjalan kaki.
Wilayah Banjar Bangli ketika itu adalah tanah yang masih
kosong hanya hutan belentara yang keadannya subur akhirnya hutan itu ditebang
oleh pemucuk pimpinan untuk dijadikan tempat pemondokan. Akhirnya lama kelamaan
lahirlah sebuah nama yang disebut dengan Banjar Bangli.
3.
Banjar Umapoh
Lahirnya nama Banjar Umapoh sudah barang tentu ada asal
usulnya, pada jaman kerajaan yang masa jayanya kerajaan Marga di Banjar Bangah
terdapat 200 mekel sebagai bala wadwan kerajaan Marga. Dimana 200 mekel itu
bertugas untuk menyungsung di Pura Gde Beratan dan Pura Luhur Pucak Padang
Dawa. Pada suatu saat karena sesuatu hal terjadilah pembagian tugas. 200 kepala
keluarga mekel tersebut mengadakan suatu pertemuan dengan maksud untuk
pembagian kekuasaan, kemudian hasil pertemuan itu diajukan kepada raja Marga,
karena usul tersebut dianggap baik dan tepat dengan kebijaksanaan puri akhirnya
direstuai 10 kepala keluarga dipindahkan ke barat yang letaknya disebelah
tenggara Pura Luhur Pucak Padang Dawa untuk mendapat amongan ayah – ayah di
Pura Luhur Pucak Padang Dawa , sehingga 190 kepala keluarga mekel tetap
mempunyai amongan tugas di Pura Gede Beratan. Beberapa tahun kemudian 10 kepala
keluarga tersebut akhirnya membentuk suatu perkumpulan perkampungan di bawah
kekuasaan Raja Marga.
Setelah beberapa lama 10 kepala keluarga tersebut
berkembanglah menjadi 30 kepala keluarga berinisiatip untuk membentuk suatu
banjar suka duka dengan awalnya mendirikan Pura Delem sehingga banjar suka duka
tersebut disebut dengan Banjar Dalem. Oleh karena sudah terbentuk suatu
perkumpulan suka duka Banjar Dalem yang dipimpin oleh seorang Kepala Adat dan
seiring pula perkembangan kehidupan masing – masing kepala keluarga dengan
mengembangkan areal ke sebelah selatan perkampungannya.
Hamparan lahan yang luas tersebut berkat adanya sumber air
yang berpontensi untuk dikembangkan persawahan sehingga lahan itu dengan cepat
berubah menjadi sawah dimana ditengah-tengah persawahan tersebut berdiri sebuah
pohon mangga/poh yang besar dan tinggi.
Pohon
itu konon mempunyai kekuatan magis dan akhirnya karma suka duka tersebut
didalam suatu pertemuan membicarakan tentang pembuatan kentongan yang sementara
di Pura Dalem belum mempunyai kentongan.
Dengan membaca alinia tersebut di atas akhirnya kita menjadi
mengerti bahwa asal usul lahirnya Banjar Umapoh dari kata Uma dan Poh. Uma
berarti areal sawah dan poh berarti pohon mangga dalam artian mangga itu berada
di dalam areal sawah sehingga lahirlah nama Umapoh.
Perkembangan sudah semakin pesat, penduduk Banjar suka duka ini
sudah semakin banyak pula, akhirnya dibentuklah Banjar Dinas yang dipimpin oleh
seorang kelian dinas yang kemudian disebut dengan Banjar Dinas Umapoh.
4. Banjar
Apit Yeh
Banjar Apit Yeh terletak di sebelah selatan Pura Luhur Pucak
Padang Dawa. Secara etimologi Apit Yeh terdiri dari dua unsur kata Apit dan
Yeh, dimana Apit artinya terjepit di tengah-tengah, dan Yeh artinya air.
Secara giografis wilayah banjar Apit Yeh, banyak sumber mata
air , hampir disemua arah ada mata air yang besar-besar mengairi sawah
dilingkungan wilayah itu, termasuk juga di wilayah Desa Apuan seperti Subak
Bugbugan Jelantik.
Mitologi kependudukan Banjar Apit Yeh berasal dari keturunan
pasek gelgel Banjar Buading, Kaba-kaba, Kediri, Tabanan. Pada jaman Kerajaan
Marga terdahulu ada segerombolan yang terdiri dari 10 orang pasek gelgel atas
perintah kerajaan marga untuk berburu di lingkungan Pura Luhur Pucak Padang
Dawa, dimana pada saat itu pura tersebut belum ada. Mungkin saja
ditengah-tengah peristiwa ini pula awal dirintisnya Pura tersebut.
Keberadaan Banjar Apit Yeh lebih dulu dari keberadaan Pura
Luhur Pucak Padang Dawa, sehingga diantara banjar-banjar yang ada sekarang di Desa
Bangli yang tertua adalah banjar Apit Yeh itu sendiri. Jaman dahulu Banjar Apit
Yeh dan Umepoh menjadi satu Desa Adat Apit Yeh. Kemudian karena terdiri dari
dua tempat yang saling mempunyai kepala Adat akhirnya berdiri sendiri.
Lama-kelamaan 10 KK tersebut berkembang menjadi 23 KK
kesemuanya ngayah di Pura Luhur Pucak Padang Dawa dan sampai saat ini pemaksan Pura Luhur Pucak
Padang Dawa dari Banjar Apit Yeh terdiri dari 23 KK.
Demikian dapat kami ungkapkan sekelumit sejarah Banjar Apit
Yeh dapat kami uraikan semoga ada manfaatnya bagi kalangan para pembaca
monografi Desa ini.
5. Banjar
Titigalar
Titigalar berasal dari unsur kata yaitu Titi dan Galar ,
dimana titi artinya jalan gantung untuk bisa lewat , galar artinya rakitan dari
titi tersebut .
Jadi setelah
digabungkan Titigalar berarti titi rakitan dari beberapa galar dengan bambu
untuk menuju tempat yang di kehendaki.
|
Berkisaran tahun 1880 yang lalu Banjar Titigalar ini adalah
hutan belantara . Pada suatu saat segerombolan penduduk dari Banjar Apit Yeh
ingin memperluas lahan pertanian keringnya kemudian setelah di pandang
cocok untuk pengembangan areal tanah
tersebut mendapatkan prakarsa untuk dibuka mejadi lahan pertanian tanah kering
Banjar Apit Yeh.
Ditengah-tengah perjalanan gerombolan tersebut akhirnya
mereka menemukan pangkung di sebelah utara kuburan Banjar Titigalar sekareang.
Oleh karena pangkung itu sangat dalam danm tidak bisa dilewati tanpa bantuan
titi maka mereka sepakat untuk merakit kayu dan beberapa bahan lain untuk
dipergunakan sebagai galar.
Oleh karena semangatnya yang luar biasa yang diiringi oleh
rasa ingin maju untuk masa depannya maka titi itu dapat terwujud dan lahan
keringpun dapat dibuka seluas 15 petak untuk 15 kepala keluarga. Pada suatu
ketika mereka merencanakan untuk mengadakan rembug dalam kerangka pemilihan
kepala adat. Lama kelamaan terjadilah suatu pemukiman yang berdiri sendiri yang
diberi nama sesuai dengan asal –sulnya disebut dengan titigalar. Penduduk
Banjar Titigalar adalah merupakan perpecahan dari penduduk Banjar Apit yeh.
6. Banjar Munduk Andong
Mitologi Munduk Andong secara gramatikal berasal dari dua
unsur kata yakni Munduk dan Andong, dimana masing-masing unsur kata tersebut
memiliki arti tersendiri. Munduk artinya tempat yang tinggi dan andong artinya
pohon andong sehingga setelah dikombinasikan mempunyai arti pohon andong berada
atu tumbuh ditemnpat yang tinggi.
Pada jaman dahulu awal penduduk Munduk Andong ini bertempat
disatu lokasi dengan penduduk Banjar Sandan, dimana tempat itu berada di
sebelah tenggara Banjar Sandan sekarang yang bernama uma pekarangan. Tempat itu
sesuai dengan namanya adalah lahan sawah sampai sekarang yang merupakan wilayah
subak kertha masa Sandan. Menurut penuturan orang-orang tua dan kebenarnnya
bisa dipercaya bahwa penduduk Banjar Munduk Andong asal mulanya adalah sebanyak
5 kepala keluarga yang tempat tinggalnya bersama dengan penduduk Banjar Sandan
di uma pekarangan tersebut. Terjadinya perpisahan dengan penduduk Banjar Sandan
konon karena banyaknya semut di wilayah itu.
Akibat dari kronologi
itu penduduk yang ada di uma pekarangan akhirnya berlomba-lomba mencari tempat
baru untuk pemukiman. 5 kepala keluarga yang berada di Munduk Andong sekarang
pada awalnya sampai disuatu tempat untuk merencanakan dengan melakukan meditasi
yakni tempatnya di Pura Pucak Rencana sekarang.
Mungkin saja karena uletnya untuk melakukan meditasi guna
mendapat tempat yang baru dan layak untuk ditempati akhirnya dikabulkanlah
tempat disebelah timur tempat melakukan meditasi yang ditempati sekarang.
Sebelum dipilih tempat yang merupakan petunjuk niskala itu
mereka mengadakan meditasi lagi ditempat Pura Pucak Rencani sekarang dimana
tempat itu sangat keramat letaknya diketinggian.
Setelah mengadakan meditasi mendapatkan keputusan sekarang (
jani ) atau rencani yang berasal dari ren artinya rencana cani = jani artinya
sekarang. Dengan petunjuk itu maka dipastikannlah tempat itu untuk tempat
tinggalnya kelak.
Asal usul membuat nama peguyuban banjar Munduk Andong adalah
berdasarkan tempat itu banyak terdapat pohon andong, setelah penduduk banjar
itu semakin bertambah dan semakin maju pola hidupnya timbulah niat untuk
mengembangkan areal pertanian keringnya kearah utara dengan membuka hutan
lindung belentara yang jarknya kira-kira 3000 meter di sebelah utara atas, yang
mana sekarang penduduk Munduk Andong 50% tinggal di Munduk Andong Utara menjadi
satu Banjar Dinas yaitu Banjar Munduk Andong.
7. Sandan.
Berdirinya salah satu tempat pemukiman tentu saja diawali
oleh suatu asal usul yang pasti, Banjar Sandan juga secara gramatikal mempunyai
arti tersendiri, dimana kata sandan berasal dari kata sanda yang sama pula
dengan nyanda artinya nyalip atau dengan kata lain saling mendahului untuk
mendapatkan tempat yang aman dan disukai.
Pada jaman kerajaan dahulu kala penduduk Banjar Sandan
sekarang terdiri dari 5 kepala keluarga yang artinya terbagi dua dengan munduk
andong dari pekarangan, seperti yang kami uraikan dibagian sejarah munduk
andong poin enam di depan. Pekarangan adalah merupakan wilayah pesawahan sampai
sekarang yang letaknya 1000 meter di sebelah tenggara banjar Sandan sekarang.
Oleh karena tempat tersebut banyak ada sarang semut dan terlalu mengganggu pola
kehidupan orang-orang yang tinggal disana ketika itu, sehingga mereka mempunyai
aspirasi untuk pindah mencari tempat yang lebih aman dari gangguan semut. Akhirnya
meraka terkabulkan memilih tempat yang masing-masing saling berbeda dan jauh
dari gangguan semut tersebut. Dimana masing-masing tempat yang sekarang itu
dicari dengan uapaya cepat-cepatan atau saling mendahului.
Berkat perkembangan penduduk yang pesat dan terjadinya
kedatangan penduduk baru terlalu banyak sehingga kedua banjar ini ini merupakan
banjar yang klasipikasinya mempunyai penduduk yang besar di Desa Bangli.
Di Banjar Sandan terdapat percampuran penduduk antara
golongan sudra dengan arya sehingga sekarang hampir 60 kepala keluarga terdiri
dari arya konon asal usul dari keturunan adhipati dari raja jaman dahulu kala.
Di Banjar Sandan arya yang ada diantaranya arya Wang Bang Pinatih yang salnya
dari Puri Sulang Badung, Arya Belog dari Puri Kaba-Kaba Kediri, arya Sentong
dari Puri Carangsari Badung.
Oleh karena Banjar Sandan ini pada tahun 1960 – 1970 masih
terbuka untuk menerima pendatang baru sehingga pada tahun 1963 kebanjiran warga
dari lereng Gunung Agung datang mengungsi mencari tempat aman dari letusan
gunung berapi pada saat itu. Sehingga ditempat ini didominasi oleh warga
Kabupaten Bangli yang memilih tetap sebagai penduduk di Banjar Sandan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar