Bedirinya suatu Desa sebagai peristiwa awal pada
umumnya lahir dari peristiwa-peristiwa dan kejadian-kejadian yang menonjol di Desa
itu. Peristiwa dan kejadian itu pada biasanya secara langsung penemu itu ikut
melakukan hal-hal yang terjadi ketika itu, dan menemukan pada prasasti sebagai
peninggalan sejarah atau dapat juga diketemukan berdasarkan impormasi-impormasi
dari orang-orang yang umurnya telah lanjut usia dan tahu peristiwa itu serta
dapat dipercaya kebenarannya di Desa itu. Terkadang pula mereka suatu kebetulan
sebagai perintis serta pejuang beridirinya suatu Desa sehingga dapat secara
pasti mengetahui langkah-langkah kebijakan berdirinya Desa itu.
Sejarah Desa Bangli kami susun berdasarkan
impormasi-impormasi yang kami terima secara langsung dari beberapa tokoh
masyarakat Desa Bangli yang saat ini umurnya telah lanjut usia sebagai
berikut :
1.
Bapak I Ketut Sulantera dari Banjar Munduk Andong
2.
Bapak I Wayan Rumaktha dari Banjar Gunung Kangin
3.
Bapak I Wayan Lanus dari Banjar Umapoh
4.
Bapak I Ketut Gedot dari Banjar Titigalar
5.
Bapak I Ketut Gatra dari Banjar Sandan
|
Sebelum Desa Bangli ini berdiri secara resmi, Desa ini adalah
merupakan gabungan Wilayah Desa Baturiti, dimana Desa Baturiti ketika itu
wilayahnya terdiri dari 22 Banjar. Kemudian berdasarkan pengamatan tokoh-tokoh
masyarakat pada saat itu, karena mengingat wilayah Desa Baturiti yang begitu
luas dan termasuk Desa Candikuning dan Batunya merupakan pemekaran dari Desa
Baturiti. Pada tahun 1957 ketiga Desa tersebut di atas masih merupakan satu
wilayah integrasi Desa Baturiti, di bawah kepemimpinan Mekel Pan Gawe dari
Banjar Baturiti.
Kemudian karena menyadari hal-hal tersebut para
pemuka-pemuka masyarakat menginginkan adanya pemekaran dengan pertimbangan
karena banyaknya daerah-daerah yang terisolir dan hubungan , komonikasi serta
birokrasi yang kurang lancar. Khususnya
wilayah Baturiti barat ibu kota Desa masih dihubungkan dengan jalan setapak
yang sangat menghambat mekanisme pembinaan masyarakat dalam hal pembangunan Desa.
Ketika itu pemuka-pemuka masyarakat Baturiti barat menginginkan berdirinya
suatu Desa yang terdiri dari 7 banjar diantaranya : Gunung Kangin, Bangli, Umapoh, Apit yeh,
Titiglar, Munduk Andong, dan Sandan dengan nama Desa Baturiti Barat.
Tatapi ketika itu keinginan tersebut belum dapat
diwujudkan sesuai dengan harapan, karena disebabkan oleh belum adanya
koordinasi yang baik antara tokoh-tokoh Desa Baturiti. Kegagalan itu tidak
menyebabkan pemuka-pemuka masyarakat Baturiti barat putus asa, untuk mengejar
ketinggalan dalam konsep pembangunan.
Sebagai hasil kegiatan-kegiatan dari panitia pembangunan
Wilayah Baturiti barat dapat dilaksanakan sebagai berikut :
1.
Dapat dibukanya jalan yang menghubungkan ibu kota Desa
Baturiti dengan Baturiti barat yang sekaligus pula dibuka jalan menuju Pura
Luhur Pucak Padang Dawa.
2.
Dapat mendirikan Sekolah Dasar ( pada saat itu bernama
Sekolah Rakyat Banjar Bangli ) secara swadaya. Panitia ini secara aktif dapat
melaksanakan tugasnya selama 3 tahun dari tahun 1957.
Pada tahun 1960 masalah pemekaran Desa Baturiti barat tidak
dibicarakan lagi sampai tahun 1965, kemudian setelah itu karena terjadinya gerakan
G 30 S PKI tahun 1965 maka pada tahun 1966 panitia pembangunan Baturiti barat
menocba lagi untuk bangkit melanjutkan pembangunan wilayah Baturiti barat
dengan melibatkan masyarakat untuk turun gotong royong mengadakan perbaikan
jalan di sepanjang jalan Baturiti menuju Pura Luhur Pucak Padang Dawa secara
bergilir sampai tahun 1967.
Pada tahun 1967 akhirnya lahirlah ide untuk memisahkan diri
dari Desa Baturiti dengan diawali oleh suatu pertemuan pemuka-pemuka masyarakat
Desa Baturiti yang bergabung dengan Baturiti Barat. Sehingga dibentuklah
panitia pemekaran Desa Baturiti Barat.
Bersamaan dengan kesempatan itu pemuka masyarakat untuk
Baturiti Utara, seperti Batusesa, Pemuteran, Bukitcatu, Candikuning I,
Candikuning II, dan Kembang Merta berprakarsa juga untuk mekar dari Desa
Baturiti, dengan membentuk panitia pemekaran Desa , dengan ibu kota Desa
Candikuning.
Tugas-tugas panitia pemekaran Desa diantaranya adalah
sebagai berikut :
1.
Mengadakan kosultasi dengan pemuka-pemuka masyarakat Desa
Baturiti sehubungan dengan diadakan pemekaran wilayah berhubung saling
berbatasan.
2.
Mengadakan persiapan di masing-masing Desa dalam rangka
pemenuhan persyaratan pemekaran Desa.
3.
Mengadakan konsultasi dan pendekatan-pedekatan dengan
Mekel Baturiti.
4.
Mengadakan kosnultasi dengan Bapak Camat Baturiti.
5.
Mengajukan permohonan dalam rangka pemekaran Desa.
Berkat adanya upaya panitia pembangunan bersama pemekaran Desa
yang berkoordinasi dengan baik akhirnya wilayah Baturiti Barat dapat berdiri
sendiri secara resmi menjadi Desa Defenitif dengan di beri nama Desa Bangli dan
dengan pertimbangan karena Banjar Bangli tempatnya strategis dan dekat dengan
jalur Pucak Padang Dawa dan dekat dengan Sekolah Rakyat maka ibu kota Desa
dipilih Banjar Bangli. Banjar Dinas teridi dari 7 Banjar yakni :
a.
Banjar Gunung Kangin
b.
Banjar Bangli
c.
Banjar Umapoh
d.
Banjar Apit yeh,
e.
Banjar Titiglar
f.
Banjar Munduk Andong, dan
g.
Banjar Sandan
Mulai saat itu terpilih menjadi Kepala Desa dengan
urutan adalah :
1.
I Wayan Rumaktha dari Banjar Gunung Kangin dengan masa
jabatan dari tahun 1968 – 1985 kemudia
Kepala Desa yang kedua adalah :
2.
I Made Suka dari Banjar Apit yeh menjabat dari tahun
1985 – 1993 Kepala Desa yang ketiga
adalah :
3.
I Ketut Gangging dari Banjar Sandan menjabat dari tahun
1993 – 2001, Kepala Desa yang ke empat adalah :
4.
I NYOMAN RASTAWA
dari Banjar Bangli menjabat dari tahun 2001 -
2013
Sekretaris
Desa Bangli adalah sebagai berikut :
1.
I Made Murtha, dari Banjar Bangli menjabat dari
tahun 1968 – 1985
2.
I N. Sudana Rimawa, S.Sos, dari Banjar Sandan menjabat dari tahun 1988 sampai
sekarang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar