Jumat, 15 Juli 2016

SEJARAH SINGKAT MASING-MASING BANJAR

 1.              Banjar Gunung Kangin.
Banjar Gunung Kangin melihat dari asal usul katanya tersebut secara etimologi terdiri dari dua unsur kata yaitu Gunung dan Kangin, dimana masing-masing kata tersebut mempunyai makna tersendiri. Gunung artinya suatu tempat yang tinggi atau terdapat digunung yang mungkin saja dahulu kala tempat Gunung Kangin sekarang masih hutan belentara. Demikian pula kata Kangin berarti suatu kata tempat yang artinya Timur. Dimana kata timur itu adalah menunjukkan kata tempat asal dari 19 kepala keluarga dahulu berasal dari Tegalalang Kabupaten Gianyar bertransmigrasi menuju tempat atau gunung yang berada di Gunung Kangin sekarang.

Sehingga dengan membaca sekilas alinia tersebut di atas berarti Gunung Kangin mempunyai asal usul. Dan berdasarkan penuturan dari seorang tokoh masyarakat di Banjar Gunung Kangin bahwa pada jaman kerajaan terjadilah pengungsian 19 kepala keluarga dari Tegalalang karena akibat dari perasaan kurang aman sehingga merantaulah dengan berjalan kaki menuju barat laut. Perjalanannya tidak mengenal lelah demi dapat tercapainya tujuan yang disenangi.
Pada suatu ketika tibalah di tempat yang letaknya di gunung. Dengan pengamatan dari semua orang yang merantau saat itu akhirnya memutuskan untuk memilih dan menetap ditempat itu. Lama kelamaan terjadilah perubahan pola hidup dan pola pemikiran untuk mendirikan sebuah Banjar yang dipimpin oleh Kelihan atau Kepala Adat.




Tidak lama kemudian gunung itu berubah menjadi suatu tempat pemukiman yang asal-usul penduduknya semua berasal dari Timur (Kangin). Akhirnya masyarakat disana sepakat untuk memberikan nama Banjar Gunung Kangin.

2.               Banjar Bangli.
Mendengar kata Bangli orientasi kita bukan hanya di Desa Bangli, kecamatan Baturiti, Kabupaten Tabanan namun sekilas pemikiran kita adalah pada kota Bangli yang terletak di Bali Timur.
11i
 
Asal –usul berdirinya Banjar Bangli ini tidak jauh dari dugaan kita bahwa memang benar-benar semua penduduknya berasal dari Kabupaten Bangli. Konon pada jaman kerajaan seiring pula pada saat berkuasanya Kolonial Belanda sempat terjadinya sisitem pemerintahan yang kejam sehingga sebagaian besar penduduk yang berasal dari Bali Timur bergeser menuju arah Barat dengan berjalan kaki.
Wilayah Banjar Bangli ketika itu adalah tanah yang masih kosong hanya hutan belentara yang keadannya subur akhirnya hutan itu ditebang oleh pemucuk pimpinan untuk dijadikan tempat pemondokan. Akhirnya lama kelamaan lahirlah sebuah nama yang disebut dengan Banjar Bangli.

3.                Banjar Umapoh
Lahirnya nama Banjar Umapoh sudah barang tentu ada asal usulnya, pada jaman kerajaan yang masa jayanya kerajaan Marga di Banjar Bangah terdapat 200 mekel sebagai bala wadwan kerajaan Marga. Dimana 200 mekel itu bertugas untuk menyungsung di Pura Gde Beratan dan Pura Luhur Pucak Padang Dawa. Pada suatu saat karena sesuatu hal terjadilah pembagian tugas. 200 kepala keluarga mekel tersebut mengadakan suatu pertemuan dengan maksud untuk pembagian kekuasaan, kemudian hasil pertemuan itu diajukan kepada raja Marga, karena usul tersebut dianggap baik dan tepat dengan kebijaksanaan puri akhirnya direstuai 10 kepala keluarga dipindahkan ke barat yang letaknya disebelah tenggara Pura Luhur Pucak Padang Dawa untuk mendapat amongan ayah – ayah di Pura Luhur Pucak Padang Dawa , sehingga 190 kepala keluarga mekel tetap mempunyai amongan tugas di Pura Gede Beratan. Beberapa tahun kemudian 10 kepala keluarga tersebut akhirnya membentuk suatu perkumpulan perkampungan di bawah kekuasaan Raja Marga.           
Setelah beberapa lama 10 kepala keluarga tersebut berkembanglah menjadi 30 kepala keluarga berinisiatip untuk membentuk suatu banjar suka duka dengan awalnya mendirikan Pura Delem sehingga banjar suka duka tersebut disebut dengan Banjar Dalem. Oleh karena sudah terbentuk suatu perkumpulan suka duka Banjar Dalem yang dipimpin oleh seorang Kepala Adat dan seiring pula perkembangan kehidupan masing – masing kepala keluarga dengan mengembangkan areal ke sebelah selatan perkampungannya.





Hamparan lahan yang luas tersebut berkat adanya sumber air yang berpontensi untuk dikembangkan persawahan sehingga lahan itu dengan cepat berubah menjadi sawah dimana ditengah-tengah persawahan tersebut berdiri sebuah pohon mangga/poh yang besar dan tinggi.
Pohon itu konon mempunyai kekuatan magis dan akhirnya karma suka duka tersebut didalam suatu pertemuan membicarakan tentang pembuatan kentongan yang sementara di Pura Dalem belum mempunyai kentongan.
Dengan membaca alinia tersebut di atas akhirnya kita menjadi mengerti bahwa asal usul lahirnya Banjar Umapoh dari kata Uma dan Poh. Uma berarti areal sawah dan poh berarti pohon mangga dalam artian mangga itu berada di dalam areal sawah sehingga lahirlah nama Umapoh.
Perkembangan sudah semakin pesat, penduduk Banjar suka duka ini sudah semakin banyak pula, akhirnya dibentuklah Banjar Dinas yang dipimpin oleh seorang kelian dinas yang kemudian disebut dengan Banjar Dinas Umapoh.

            4.       Banjar Apit Yeh
Banjar Apit Yeh terletak di sebelah selatan Pura Luhur Pucak Padang Dawa. Secara etimologi Apit Yeh terdiri dari dua unsur kata Apit dan Yeh, dimana Apit artinya terjepit di tengah-tengah, dan Yeh artinya air.
Secara giografis wilayah banjar Apit Yeh, banyak sumber mata air , hampir disemua arah ada mata air yang besar-besar mengairi sawah dilingkungan wilayah itu, termasuk juga di wilayah Desa Apuan seperti Subak Bugbugan Jelantik.
Mitologi kependudukan Banjar Apit Yeh berasal dari keturunan pasek gelgel Banjar Buading, Kaba-kaba, Kediri, Tabanan. Pada jaman Kerajaan Marga terdahulu ada segerombolan yang terdiri dari 10 orang pasek gelgel atas perintah kerajaan marga untuk berburu di lingkungan Pura Luhur Pucak Padang Dawa, dimana pada saat itu pura tersebut belum ada. Mungkin saja ditengah-tengah peristiwa ini pula awal dirintisnya Pura tersebut.
Keberadaan Banjar Apit Yeh lebih dulu dari keberadaan Pura Luhur Pucak Padang Dawa, sehingga diantara banjar-banjar yang ada sekarang di Desa Bangli yang tertua adalah banjar Apit Yeh itu sendiri. Jaman dahulu Banjar Apit Yeh dan Umepoh menjadi satu Desa Adat Apit Yeh. Kemudian karena terdiri dari dua tempat yang saling mempunyai kepala Adat akhirnya berdiri sendiri.
Lama-kelamaan 10 KK tersebut berkembang menjadi 23 KK kesemuanya ngayah di Pura Luhur Pucak Padang Dawa  dan sampai saat ini pemaksan Pura Luhur Pucak Padang Dawa dari Banjar Apit Yeh terdiri dari 23 KK.
Demikian dapat kami ungkapkan sekelumit sejarah Banjar Apit Yeh dapat kami uraikan semoga ada manfaatnya bagi kalangan para pembaca monografi Desa ini.

  5.        Banjar Titigalar
Titigalar berasal dari unsur kata yaitu Titi dan Galar , dimana titi artinya jalan gantung untuk bisa lewat , galar artinya rakitan dari titi tersebut .

 Jadi setelah digabungkan Titigalar berarti titi rakitan dari beberapa galar dengan bambu untuk menuju tempat yang di kehendaki.
13
 
Berkisaran tahun 1880 yang lalu Banjar Titigalar ini adalah hutan belantara . Pada suatu saat segerombolan penduduk dari Banjar Apit Yeh ingin memperluas lahan pertanian keringnya kemudian setelah di pandang cocok   untuk pengembangan areal tanah tersebut mendapatkan prakarsa untuk dibuka mejadi lahan pertanian tanah kering Banjar Apit Yeh.
Ditengah-tengah perjalanan gerombolan tersebut akhirnya mereka menemukan pangkung di sebelah utara kuburan Banjar Titigalar sekareang. Oleh karena pangkung itu sangat dalam danm tidak bisa dilewati tanpa bantuan titi maka mereka sepakat untuk merakit kayu dan beberapa bahan lain untuk dipergunakan sebagai galar.
Oleh karena semangatnya yang luar biasa yang diiringi oleh rasa ingin maju untuk masa depannya maka titi itu dapat terwujud dan lahan keringpun dapat dibuka seluas 15 petak untuk 15 kepala keluarga. Pada suatu ketika mereka merencanakan untuk mengadakan rembug dalam kerangka pemilihan kepala adat. Lama kelamaan terjadilah suatu pemukiman yang berdiri sendiri yang diberi nama sesuai dengan asal –sulnya disebut dengan titigalar. Penduduk Banjar Titigalar adalah merupakan perpecahan dari penduduk Banjar Apit yeh.

6.        Banjar Munduk Andong
Mitologi Munduk Andong secara gramatikal berasal dari dua unsur kata yakni Munduk dan Andong, dimana masing-masing unsur kata tersebut memiliki arti tersendiri. Munduk artinya tempat yang tinggi dan andong artinya pohon andong sehingga setelah dikombinasikan mempunyai arti pohon andong berada atu tumbuh ditemnpat yang tinggi.
Pada jaman dahulu awal penduduk Munduk Andong ini bertempat disatu lokasi dengan penduduk Banjar Sandan, dimana tempat itu berada di sebelah tenggara Banjar Sandan sekarang yang bernama uma pekarangan. Tempat itu sesuai dengan namanya adalah lahan sawah sampai sekarang yang merupakan wilayah subak kertha masa Sandan. Menurut penuturan orang-orang tua dan kebenarnnya bisa dipercaya bahwa penduduk Banjar Munduk Andong asal mulanya adalah sebanyak 5 kepala keluarga yang tempat tinggalnya bersama dengan penduduk Banjar Sandan di uma pekarangan tersebut. Terjadinya perpisahan dengan penduduk Banjar Sandan konon karena banyaknya semut di wilayah itu.
 Akibat dari kronologi itu penduduk yang ada di uma pekarangan akhirnya berlomba-lomba mencari tempat baru untuk pemukiman. 5 kepala keluarga yang berada di Munduk Andong sekarang pada awalnya sampai disuatu tempat untuk merencanakan dengan melakukan meditasi yakni tempatnya di Pura Pucak Rencana sekarang.
Mungkin saja karena uletnya untuk melakukan meditasi guna mendapat tempat yang baru dan layak untuk ditempati akhirnya dikabulkanlah tempat disebelah timur tempat melakukan meditasi yang ditempati sekarang.
Sebelum dipilih tempat yang merupakan petunjuk niskala itu mereka mengadakan meditasi lagi ditempat Pura Pucak Rencani sekarang dimana tempat itu sangat keramat letaknya diketinggian.




Setelah mengadakan meditasi mendapatkan keputusan sekarang ( jani ) atau rencani yang berasal dari ren artinya rencana cani = jani artinya sekarang. Dengan petunjuk itu maka dipastikannlah tempat itu untuk tempat tinggalnya kelak.
Asal usul membuat nama peguyuban banjar Munduk Andong adalah berdasarkan tempat itu banyak terdapat pohon andong, setelah penduduk banjar itu semakin bertambah dan semakin maju pola hidupnya timbulah niat untuk mengembangkan areal pertanian keringnya kearah utara dengan membuka hutan lindung belentara yang jarknya kira-kira 3000 meter di sebelah utara atas, yang mana sekarang penduduk Munduk Andong 50% tinggal di Munduk Andong Utara menjadi satu Banjar Dinas yaitu Banjar Munduk Andong.

7.        Sandan.
Berdirinya salah satu tempat pemukiman tentu saja diawali oleh suatu asal usul yang pasti, Banjar Sandan juga secara gramatikal mempunyai arti tersendiri, dimana kata sandan berasal dari kata sanda yang sama pula dengan nyanda artinya nyalip atau dengan kata lain saling mendahului untuk mendapatkan tempat yang aman dan disukai.
Pada jaman kerajaan dahulu kala penduduk Banjar Sandan sekarang terdiri dari 5 kepala keluarga yang artinya terbagi dua dengan munduk andong dari pekarangan, seperti yang kami uraikan dibagian sejarah munduk andong poin enam di depan. Pekarangan adalah merupakan wilayah pesawahan sampai sekarang yang letaknya 1000 meter di sebelah tenggara banjar Sandan sekarang. Oleh karena tempat tersebut banyak ada sarang semut dan terlalu mengganggu pola kehidupan orang-orang yang tinggal disana ketika itu, sehingga mereka mempunyai aspirasi untuk pindah mencari tempat yang lebih aman dari gangguan semut. Akhirnya meraka terkabulkan memilih tempat yang masing-masing saling berbeda dan jauh dari gangguan semut tersebut. Dimana masing-masing tempat yang sekarang itu dicari dengan uapaya cepat-cepatan atau saling mendahului.
Berkat perkembangan penduduk yang pesat dan terjadinya kedatangan penduduk baru terlalu banyak sehingga kedua banjar ini ini merupakan banjar yang klasipikasinya mempunyai penduduk yang besar di Desa Bangli.
Di Banjar Sandan terdapat percampuran penduduk antara golongan sudra dengan arya sehingga sekarang hampir 60 kepala keluarga terdiri dari arya konon asal usul dari keturunan adhipati dari raja jaman dahulu kala. Di Banjar Sandan arya yang ada diantaranya arya Wang Bang Pinatih yang salnya dari Puri Sulang Badung, Arya Belog dari Puri Kaba-Kaba Kediri, arya Sentong dari Puri Carangsari Badung.

Oleh karena Banjar Sandan ini pada tahun 1960 – 1970 masih terbuka untuk menerima pendatang baru sehingga pada tahun 1963 kebanjiran warga dari lereng Gunung Agung datang mengungsi mencari tempat aman dari letusan gunung berapi pada saat itu. Sehingga ditempat ini didominasi oleh warga Kabupaten Bangli yang memilih tetap sebagai penduduk di Banjar Sandan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar